Tuesday 13 May 2014

(KWKT) Videography Kuliner Tasikmalaya - Episode 3 Rujak Bi Icar

(KWKT) Videography Kuliner Tasikmalaya - Episode 2 Kupat Tahu Kabita

(KWKT) Videography Kuliner Tasikmalaya - Episode 1 Soto Ayam Pataruman 23

Kopi Lawas (empang)



foto by Lisan Kirana
http://lisan-kyrana.blogspot.com/2014/03/kopi-lawas.html

Galleria Resto

Spending Saturday Night by attending Galleria Resto welcome dinner with the communities. It will be another destination for you guys to gather with friends, ganks, and family. The resto located in Dadaha has been opening. 

ayam kremes


community


lele asam manis


tom yam

sumber : http://lisan-kyrana.blogspot.com/2014/04/galleria-resto.html

Nini Anteh

Terletak di daerah strategi kota yang mudah dijangkau, Nini Anteh di jalan Dewi Sartika menjadi tempat makan favourite Tasikmalaya. Aneka makanan klasik dan tradisional tersedia. Diramu dengan cermat menghasilkan cita rasa seperti makan di rumah sendiri. Nuansa tempo doeloe nya juga sangat menyenangkan dan memberikan pengalaman berbeda bagi penikmat kuliner.











foto by Lisan Kirana

Komunitas Wisata Kuliner Tasikmalaya (review fani)

image
Pertama kali saya bergabung dengan kopdar nya KWKT September 2013 lalu, di Kedai Kake jl. Empang 32. Berbekal keingintahuan apa sich kegiatan KWKT itu yang kelihatannya mampu mengajak, menginformasikan, mengumpulkan orang2 Tasikmalaya yang memiliki hobi yang sama, yaitu kuliner. Hmm..Emang di Tasik ada makanan yang enak? Dimana? Menu apa yang direkomendasikan? Berapa kisaran harganya? Buka dari jam berapa sampe jam berapa, itu pertanyaan yang muncul di benak saya dan mungkin juga sama dengan teman2 yang lain..hehehe
Memiliki sekitar 20.000 an  orang yang bergabung di grup face book Wisata Kuliner Tasikmalaya dan 5500an follower di twitternya (@wiskultasik) membuat KWKT cukup exists. Posting saja pertanyaan ato mention twitternya, admin akan dengan senang hati membantu..:) Selama itu berkaitan dengan kuliner Tasik yaa..hehehe Buat temen2 yang mau gabung di komunitasnya, bisa join di Komunitas Wisata Kuliner Tasik (fb) supaya tau apa saja kegiatannya dan siapa saja orang2 yang ada di KWKT.
Menginjak usia yang ke-5, pada 30 November 2013 lalu, diharapkan KWKT semakin maju dan semakin memantapkan langkahnya, untuk memajukan Tasikmalaya sebagai kota yang kreatif, yang berbasis pada ekonomi yang kreatif dan komunitas yang kreatif seperti KWKT ini..begitu paparan dari Teguh Nugraha, yang akrab dipanggil om Guguh, penggagas terbentuknya KWKT ini.
Kegiatan apa saja yang dilakukan KWKT?
Selain berkumpul untuk hunting makanan tentunya, ada beberapa kegiatan asik dan seru yang dilakukan. Pengen tau kann?:p wkwkwk Buat saya sendiri, jadi host tuch bener2 baru pertama kali dijabanin..hahaha modal hati yang mau belajar dan nekat aja sich..:p wkwkwk
image
Sudah ada beberapa video hasil hunting kuliner yang di upload ke youtube, yang dikemas apik oleh Dharmo, anggota KWKT juga, seperti Kupat Tahu Kabita, Soto Ayam Pataruman, Rujak Bi Icar..pengen tau seperti apa? Gugling aja yaa..hehehe
image
Kegiatan terbaru yang diadakan KWKT yaitu menggandeng Kang Iwok Aqbary dari Klub Buku Tasik (KBT) untuk melakukan miniworkshop yang mengangkat tema Creative Writing pada tanggal 15 Desember kemarin. Seruu yaa!!hehehe Rencana kopdar berikut akan mengajak teman2 dari komunitas photography, demikian bocoran dari om Guguh..:D hayuu cepet gabung di KWKT!! Selain menambah teman, menambah pengetahuan dan ilmu juga lho..asik pokoknya!!ga percaya?buktiin sendiri..:p hehehe
Posted from WordPress for Android
sumber : http://princessponi.wordpress.com/2013/12/17/komunitas-wisata-kuliner-tasikmalaya-kwkt-2/

Nasi Goreng Teri Medan

image
Bingung makan apa? Cari aja nasi goreng, makanan yang pasti ada di setiap kota..hehehe Tapi untuk menu nasi goreng teri medan ini baru nemu di Tasik..:p Selain itu, kita hanya bisa mencicipinya setelah jam 6 sore karena pedagang memakai tempat di depan sebuah toko yang beroperasi dari pagi sampai sore.
image
Bagi penggemar kambing bole coba nich..hehehe Karena terpampang sebagai judul di spanduknya, kemungkinan besar nasgor kambing jadi menu spesial di tempat ini. Selain nasi goreng, banyak juga pilihan makanan lain seperti cap cay, mie/bihun, tergantung selera mau digoreng ato dikuah..:)
Beberapa kali ke tempat ini, saya memilih nasi goreng teri medan pedas (tergantung selera) yang dibandrol dengan harga Rp 10.000 saja. Kalo ditanya kenapa, selain rasanya yang lumayan untuk ukuran nasgor pinggir jalan, saya belom nemu tempat lain yang punya menu ini..hehehe Disini ada juga nasi goreng ikan asin, nah untuk yang ini, pedagang menggunakan jambal roti. Menurut saya sich udah ga aneh, karena rata2 penjual nasi goreng ikan asin yaa pake jambal roti.
image
Nasi goreng ‘Priangan’ ini bertempat di Jl. Gn. Sabeulah. Cukup mudah ditemukan dengan adanya spanduk bertuliskan namanya. Untuk harga,  kisaran Rp 8.000- Rp 15.000 ,porsi kenyang!!hehehe Buat yang suka kelaperan malem2 bole nyoba nich.. Mereka buka sampai jam 2 pagi..;) Kadang tutup lebih awal kalo semua menu habis terjual. Penjualnya masi muda, belum sempet kenalan siapa namanya :p wkwkwk Tempatnya cukup bersih dan nyaman..
tapi jangan kesana pake rok yaa.. Soalnya tempatnya lesehan.. :D
Posted from WordPress for Android
sumber : http://princessponi.wordpress.com/2013/12/18/nasi-goreng-teri-medan-kuliner-malam-di-tasikmalaya/

Gado-Gado Bang Sapri

image
Pertamanya nyimpang ke Pecel Oranye, tapi tutup.. Jalan lagi dikit dech..Jualan dari taun 1985..Brarti sekarang umurnya udah 28 tahun..wow!hehehe Selalu sendirian setiap kali kesana, karena penasaran saya tanya juga, kok ga ada yang bantuin? Iaa neng..sendiri aja, begitu ujarnya singkat. Ga berani nanya2 lagi dech..hahaha
image
Bang Sapri dengan cekatan memindah-mindahkan kol dan toge yang sepertinya sudah disiapkan sebelumnya. Setelah itu beliau memotong kentang dan tahu. Upss..hampir ketinggalan ketupatnya! Separo saja pak, ujarku..:)
image
Masi belum selesai, Bang Sapri lalu mengiris telur dengan alat manual yaitu sehelai benang. Dikasih kuah santan, lalu bumbu kacang dan sambel. Cukup membuat sebagian besar perut saya terisi..hehehe Dengan lamanya Bang Sapri berjualan, menurut saiaa rasa sudah teruji mampu mengajak warga Tasik untuk mencari gado-gado yang satu ini. Hehehe
image
Bertempat di Jl. Empang, yang dikenal juga dengan Pasar Mambo, dengan  gerobak kecil yang mudah terlihat, Bang Sapri mangkal ditemani sebuah bangku panjang yang hanya cukup buat 3-4 orang. Harganya hanya Rp 10.000 saja untuk seporsi gado-gado yang lezat tersebut. Tertarik mencoba?^^
Posted from WordPress for Android
Sumber http://princessponi.wordpress.com/2013/12/19/gado-gado-bang-sapri-wisata-kuliner-malam-di-tasik/

Tutug Oncom Naik Kelas

Tidak bisa dipungkiri, sajian kuliner menjadi salah satu daya tarik wisata pada saat ini. Para pelaku wisata tidak bisa lagi mengabaikan kunjungan wisata dengan melewatkan jajaran kuliner khas yang ada di daerah yang dikunjungi. Bukan lagi sebagai kunjungan pelengkap sebuah perjalanan wisata, melainkan sudah menjadi agenda wajib yang harus dilakoni. Bagaimanapun, kuliner adalah sebuah bagian dari budaya daerah yang sudah sepantasnya untuk diketahui bahkan dilestarikan. Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi kearifan budaya lokal, sudah sepantasnya kita ikut menjadi bagian dalam pelestarian tersebut, bukan?

Menggeliatnya wisata kuliner menjadi peluang usaha tersendiri bagi para pelaku bisnis. Tentunya ini menjadi efek positif dari sebuah perkembangan dunia pariwisata, bagaimana dunia pariwisata memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Kalau mau dicermati, penggiat bisnis kuliner tradisional ini semakin menampakkan diri dalam geliat pariwisata. Coba tengok di daerah-daerah wisata, pebisnis kuliner mulai merebak dan menciptkan nuansa tersendiri.

Beragam kuliner tradisional (maupun modern) semakin marak. Setiap kota menunjukkan kekhasan masing-masing. Coba lihat kota Yogyakarta, penjual gudeg tersedia di mana-mana. Atau saat ke Solo, sajian Selat Solo maupun Nasi Liwetnya selalu menjadi buruan yang tak boleh dilewatkan. Begitu pula dengan Bandung, rasanya tidak lengkap kalau tidak memburu batagor maupun baso tahunya yang terkenal lezat. Jauh ke Makasar, Sop Konro dan Coto Makasar menjadi santapan wajib kalau berkunjung ke sana.

Setiap daerah hadir dengan ciri khas kuliner tersendiri. Bagaimana dengan Tasikmalaya? Rasanya tak berlebihan kalau saya menyebut Tasikmalaya sebagai kota Tutug Oncom.


Nasi Tutug Oncom

Entah kapan tepatnya Nasi Tutug Oncom atau lebih dikenal Nasi TO ini mulai membumi di kalangan masyarakat Tasikmalaya. Yang jelas, peringkat nasi TO ini sekarang sudah terangkat menjadi sajian yang lebih terhormat. Yang saya ingat, nasi TO ini sudah ada sejak zaman dahulu. Bahkan ketika saya kecil. Namun yang paling saya ingat,  makanan ini disajikan apabila kondisi keuangan dapur keluarga sedang krisis. Saat-saat tanggung bulan, sajian ini seringkali hadir. Kenapa seperti itu? Karena Nasi TO adalah makanan murah dan sangat sederhana. Hanya berbekal sepapan oncom, beberapa siung bawang merah, bawang putih, garam, kencur, dan cabe, sebuah sajian nikmat bisa terhidang cepat di meja. Tentu saja plus nasi putih yang masih panas.

Arti kata Tutug Oncom sendiri adalah oncom yang ditutug (ditumbuk). Jadi, bawang merah, bawang putih, garam, kencur, dan cabe ini diulek sampai halus, lalu campur dengan oncom. Tumbuk-tumbuk sampai bumbu bercampur rata. Setelah itu, campuran oncom dan bumbu disangrai hingga oncom matang dan kering. Campurkan sangrai oncom ini dengan nasi yang masih panas. Aduk-aduk hingga rata. Beres! Sajian nikmat dan menggoda pun bisa tersaji tanpa perlu waktu lama dan pengolahan yang ribet.

Mungkin aneh kalau ada masyarakat Tasikmalaya yang belum mengenal Nasi Tutug Oncom. Bisa dimaklumi kalau mereka ada pendatang. Tapi untuk penduduk Tasikmalaya? Akan menjadi hal yang aneh dan langka kalau berlum pernah mencoba.


Nasi TO Benhil Dadaha. Yang nggak kebagian duduk mohon antri!

Kembali ke cerita tentang Nasi TO yang sekarang begitu menjamur di Tasikmalaya, saya jadi ingat sebuah warung TO di daerah Dadaha. Saat itu awal tahun 2000-an. Mungkin warung ini adalah cikal bakal betapa sebuah warung TO bisa menjadi trend tersendiri nantinya. Warung TO Dadaha ini tidak bagus, hanya kios yang sangat sederhana. Lokasinya bahkan di pinggir sebuah aliran sungai kecil yang tidak begitu bersih. Tapi jangan salah, pengunjungnya ternyata membludak! Untuk memesan sebungkus nasi TO bahkan harus rela antri dalam waktu yang cukup lama. Belum lagi kalau pembelinya sudah saling serobot dan minta didahulukan pesanannya. Menarik sekali melihat sebuah sajian yang semula dianggap sepele ternyata naik kelas dengan cepat. Bukan hanya masyarakat kalangan menengah ke bawah yang memburu nasi TO saat ini, tapi mereka yang terlihat datang dari kelas atas.

Apa yang menarik dari sebungkus nasi TO? Karena sebuah sajian nikmat tidak perlu mahal. Tahukah berapa harga sepiring atau sebungkus nasi TO ini? Saya masih ingat, pertama kali membeli nasi TO ini cukup mengeluarkan uang Waktu itu hanya Rp. 2.500,- saja! Itu untuk nasi TO nya saja, karena makan TO tidak akan lengkap kalau tidak disantap dengan Cipe (Aci Tempe/Tempe goreng). Sebuah tempe harganya Rp. 500,-. Jadi, tidak perlu membawa dompet tebal untuk makanan nikmat dan mengenyangkan. Bahkan kalau satu piring dianggap kurang,  nambah satu atau dua porsi lagi  pun tidak akan membuat dompet jadi kurus.

Saya pernah mengajak dua orang teman dari Jakarta untuk wisata kuliner di Tasikmalaya. Saya menatap geli saat mereka sempat terbengong-bengong sewaktu membayar makanan. "Nggak salah, nih?" katanya kaget.

Tidak bisa dipungkiri kalau keberhasilan TO Dadaha akhirnya segera mendapat pengikutnya. Berbagai warung TO serentak hadir di seluruh penjuru kota. Cita rasa mungkin sedikit berbeda-beda, tapi tetap menawarkan kenikmatan dan kemurahan yang sama. Nasi TO menjadi wabah dan mulai masuk daftar kuliner yang harus disantap kalau memasuki kota Tasikmalaya.


Warung Nasi TO Mr. Rahmat

Semakin hari, warung TO yang berdiri semakin banyak. Mulai dari warung pinggir jalan sampai yang menawarkan tempat yang sangat representative. Tidak lagi harus makan di pinggir jalan kalau memang enggan, anda bisa memilih warung-warung lesehan yang luas dan nyaman. Salah satunya adalah Warung TO Mr. Rahmat, masih di sekitar komplek olahraga Dadaha. Warung yang baru dibuka dua tahun lalu ini langsung diserbu penikmat TO dan jadi tempat nongkrong yang asyik. Lokasinya di atas pesawahan, berbentuk saung, dan memiliki jumlah meja yang banyak dan ruangan yang lapang. Cobalah ke sana malam Sabtu atau Minggu, suasana akan terlihat ramai! Beruntunglah kalau anda masih mendapatkan tempat duduk.

Apakah makanan di sini mahal? Hohoho ... TO tetap murah meriah. Jangan perlu takut dompet akan terkuras kalau makan sajian yang satu ini. Meskipun pesanan ditambah dengan lauk pauk lainnya, seperti : telur dadar, tumis asin jambal, cipe, ayam goreng, dan es jeruk, total yang harus dibayar tetap terasa hemat dibandingkan makan di restoran.

Sepiring Nasi TO biasanya sudah dilengkapi dengan sambal hejo (sambal cabe rawit mentah), sambal merah (cabe merah) dan lalapan (mentimun dan leunca). Dengan porsi ini saja makan sudah nikmat. Tapi kalau ingin lebih lengkap, ada beberapa lauk tambahan yang bisa dipesan. Biasanya berupa gorengan tempe, bakwan, ikan asin goreng, tumis ikan jambal, telur dadar, ayam goreng, dll.

Murah tak perlu jadi murahan. Nasi TO memiliki kandungan nilai dan mutu gizi  yang cukup baik. Dari oncom yang menjadi bahan utama kuliner ini ternyata memiliki sumber karbohidrat dan protein yang cukup tinggi. Tak perlu khawatir dengan gizinya lagi, dong?

Sekarang, warung TO serupa sudah mewabah. Di mana-mana ada. Bahkan di seruas jalan Dadaha (masih satu jalan dengan Mr. Rahmat) berderet warung-warung TO lainnya dengan jarak yang tidak berjauhan. Tak heran kalau secara berseloroh jalan ini sering dijuluki Jalan Tutug Oncom. Karena menjamurnya warung TO ini, tak heran kalau kemudian banyak yang menyebut Tasikmalaya sebagai kota TO. Kalau anda ke Tasikmalaya, tak ada salahnya menjajal makanan yang satu ini; murah, meriah, dan pasti nikmat! [iwok]

Sumber : http://iwok.blogspot.com/2013/06/wisata-kuliner-tasikmalaya-tutug-oncom.html

Menjajal Kuliner Bakso di Tasikmalaya

Jangan tanyakan lagi ‘bakso’ itu makanan sejenis apa, karena setiap orang pasti pernah mencicipinya. Oke, setidaknya pernah melihatnya, meski agak diragukan kalau ada orang yang mengaku belum pernah mencobanya. Kuliner ini sudah tidak tertebak lagi berasal dari daerah mana asalnya, karena di setiap daerah pasti ada. Memang ada istilah ‘Bakso Solo’ yang beredar di tempat saya, tapi itu dikarenakan penjualnya berasal dari sana. Kalau melihat bakso buatannya, ya begitu-begitu saja, tidak ada bedanya dengan bakso lainnya.

Tasikmalaya dikenal dengan baksonya yang enak. KATANYA. Itu pun karena setiap ada teman yang datang ke Tasik selalu minta diantar makan bakso, dan menurut mereka rasanya memang enak! Syukurlah. Seperti halnya di daerah lain, toko/warung bakso di Tasikmalaya seolah ada di setiap ruas jalan. Kenyataannya memang begitu. Tidak sulit mendapatkan jajanan bakso di kota ini. Masalah enak atau tidak enak kembali pada selera, karena toh setiap warung bakso selalu memiliki pelanggan setianya.


Foto by. wisatakulinertasik.com

Anda akan mampir ke Tasik dan ingin mencicipi bakso ala Tasik? Mungkin saya bisa memberikan beberapa alternatif pilihan untuk dijajal kelezatannya.

Mie Bakso Laksana

Mie Bakso ini mengukuhkan dirinya sebagai bakso paling populer di Tasikmalaya. Tidak hanya dikenal di kota ini saja, karena namanya ternyata sudah dikenal oleh para tamu yang datang dari luar kota. Banyak teman dan kerabat yang ketika datang ke Tasikmalaya minta diantar ke tempat ini. Rasanya memang enak. Mie bakso kuah atau yamin pun sama-sama lezatnya. Tidak heran kalau di setiap weekend atau hari libur besar, tempat ini dipenuhi oleh pelanggannya. Untungnya Mie Bakso Laksana memiliki ruangan yang luas dan berlantai 2, sehingga daya tampungnya cukup banyak. Tapi jangan heran apabila antrian terjadi pada saat libur lebaran. Pengunjung harus dilayani menggunakan nomor antrian untuk sekadar mendapatkan meja atau layanan. Kondisi seperti ini seperti halnya yang terjadi di Bakso Akung Bandung, yang selalu dijubeli pembeli.

Dengan mengedepankan kualitas dan rasa, harga mie bakso Laksana terbilang paling mahal di Tasikmalaya, yaitu Rp. 20.000,- untuk satu porsi. Penambahan asesoris seperti babat atau pangsit tentu dikenakan harga tambahan. Ciri khas bakso Laksana ini adalah mie produksi sendiri dan bakso dagingnya yang kecil-kecil.

Berlokasi tepat di tengah kota, Jl. Pemuda no. 5 Tasikmalaya, Bakso Laksana hanya beberapa puluh meter saja dari Masjid Agung Tasikmalaya. Laksana membuka cabang di Jl. Mitra Batik dan di Foodcourt Plaza Asia.


Mie Bakso Firman

Ini adalah pendatang baru yang langsung meroket dan merebut perhatian penikmat bakso. Jubelan pengunjung selalu terjadi setiap harinya. Ciri khas dari bakso Firman ini adalah menggunakan mie gepeng dan lebar (semacam kwetiau) yang diproduksi sendiri. Penjualnya selalu meyakinkan kalau mie mereka bebas dari formalin dan boraks. Isu tentang mie berformalin memang sempat merebak di berbagai penjuru tanah air beberapa waktu yang lalu. Mereka memproduksi mienya secara bertahap, tergantung dari kebutuhan. Karena itu tidak ada mie yang akan tersisa dan basi. Mereka juga menyediakan bihun untuk yang tidak menyukai mie, atau bisa dicampur kalau suka. Jenis baksonya sendiri ada tiga macam; bakso urat (ukuran besar), bakso daging (kecil-kecil), dan bakso tahu.

Saus yang digunakan cukup pedas. Untuk yang tidak menyukai pedas, hati-hati dengan takaran saus anda. Yang maniak pedas, sambal cabenya pun sudah tersedia. Ah ya, jangan lupa tambahkan perasan jeruk nipis (ketimbang cuka) untuk membuat bakso anda menjadi lebih segar.  Jujur, ini lokasi mie bakso favorit saya!

Lokasinya tepat di persimpangan lima (Bunderan) yang merupakan pembagian arah menuju Bandung , Ciamis, dan kota Tasik, atau di ujung jalan Dr. Sukarjo Tasikmalaya.  Untuk satu porsi cukup merogoh uang Rp. 11.000,- saja.

Mie Bakso Ojo

Tidak jauh dari Mie Bakso Firman, tepat di depannya terdapat sebuah jalan kecil. Anda cukup berjalan sekitar 50 meter saja untuk mencapai Mie Bakso Ojo. Nah, yang ini pun tidak kalah istimewa dan sedapnya. Pengunjungnya pun seringkali membludak sehingga lepas magrib saja terkadang warung bakso ini sudah tutup karena habis! Waks.

Untuk penikmat bakso yang menyukai mangkuk baksonya dipenuhi oleh potongan kikil, tulang muda, atau sum-sum, ini adalah lokasi yang tepat. *krauk*

Harga satu porsi Rp. 12.000,- sudah termasuk kikil dan teman-temannya. Jangan lupa, ketersediaan kikik, sumsum, dan tulang muda hanya selama persediaan masih ada :D


Mie Bakso Tiara Mulya

Mie Bakso ini dulunya berada di Jalan Galunggung, tetapi sekarang sudah pindah ke Jl. HZ. Mustofa Tasikmalaya, tepat di depan Plaza Asia. Sekilas penampilan mie bakso ini mengingatkan saya pada Mie Bakso Laksana. Ukuran mie dan bulatan baksonya senada. Rasanya? Serupa tapi pasti tak sama. Yang terasa khas dari mie bakso ini adalah saosnya, terasa sedikit asam. Tentu bukan asam karena basi, tapi karena cita rasanya saja yang memang begitu.

Mie Bakso TM cukup dikenal sehubungan nama Tiara Mulya sendiri yang sudah mencuat duluan sebagai Perusahaan Catering ternama.

Harga satu porsi Rp. 13.000,- belum termasuk kalau ditambah babat atau pangsit.

Oya, lokasi semula Mie Bakso TM di Jl, Galungnggung sekarang ditempati oleh Mie Bakso Siliwangi. Dari sajian dan rasanya hampir sama. Mungkin karena resepnya yang serupa mengingat –kabarnya- pemilik kedua Mie Bakso ini masih saudara dekat.


Mie Bakso Widji

Mungkin Mas Widji inilah yang membawa pertama kali bendera ‘Bakso Solo’ di Tasikmalaya, karena setelah itu ternyata bermunculan nama ‘Bakso Solo’ lain yang ingin mengekor kesuksesannya.  Saya masih ingat, saat masih SMA dulu, mas Widji ini membuka kiosnya yang sederhana di perempatan jalan Tanuwiyaja – Sutisna Senjaya (mudah-mudahan saya tidak salah orang). Lambat laun baksonya laris dan diburu orang sehingga akhirnya mampu membeli sebuah bangunan di Jl. Rumah Sakit Tasikmalaya. Sekarang toko bakso sekaligus tempat tinggalnya terlihat megah dengan sebuah kendaraan roda empat keluaran baru di depannya. Hebat!

Lokasi Mie Bakso ini tepat berada di depan RSU Tasikmalaya dan bersebelahanan dengan SMAN 1 dan SMA Muhammadiyah, membuat warung bakso ini selalu dipenuhi oleh pengunjung. Ciri khas dari bakso ini adalah bakso dagingnya yang lebih padat dan kenyal dibanding bakso-bakso lain yang pernah saya cicipi.

Harga satu porsi Rp. 8.000,-


Mie Bakso Sari Rasa

Ada dua lokasi Mie Bakso yang mengusung nama Sari Rasa ini. Satu di jalan HZ. Mustofa (dekat Asia Toserba), dan satu lagi di Jl. Tentara Pelajar (depan Martabak Ramayana).  Kalau dilihat dari beberapa foto yang dipajang sebagai asesoris ruangan, terlihat banyak artis yang pernah berkunjung ke tempat ini. Salah satunya adalah Ariel NOAH (waktu masih culun tapi. Hehehe). Namanya artis saja sudah datang berkunjung, sudah dipastikan sajiannya pasti cukup istimewa. Oke, kembali ke selera sih memang, tapi kehadiran artis tentunya bisa menyedot lebih banyak perhatian.

Harga : Rp. 12.000,- satu porsi.


Mie Bakso Kurdi

Mie Bakso yang berlokasi lesehatan di Jalan Gunung Sabeulah ini cukup unik karena selain menggunakan mie, juga ditambahi dengan irisan kol. Aneh? Oh tidak, tapi enak! Bakso dagingnya imut-imut, tapi cukup banyak.

Harga : Rp. 9.000,- satu porsi.


Mie Bakso Loma
Saat bulan ramadhan tahun lalu, saya dibuat kesal saat malam-malam pergi ke sana. Saya pikir, saya bisa segera menikmati nikmatnya bakso pedas yang sudah terbayang-bayang sejak siang hari. Ups. Tapi saat tiba di sana, antriannya itu bow, puanjaaaang. Begitu tiba giliran saya, si Masnya bilang; “Maaf, pak, habis!” Hiyaaaaa …

Mie bakso ini berlokasi di jalan Tarumanagara, seberang SD Pangadilan.

Harga : Rp. 15.000,- (kalau nggak salah. Hehehe)



Selain itu ada beberapa lokasi Mie Bakso lainnya :
Mie Bakso Gesa – Jl. Ahmad Yani, sebelah Duren si Madu.
Mie Bakso Kiman – Jl. Ahmad Yani (Pasar Pancasila)
Mie Bakso Oding – Ruko Pasar Pancasila
Mie Bakso Borju – Jl. Terusan BCA – Paseh
Mie Bakso Ceria – Jl. Ahmad Yani (setelah Pasar Pancasila)
Dan Mie Bakso lainnya, plus Mie Bakso gerobak keliling

Ada yang mau menambahkan? :D

Sumber : http://iwok.blogspot.com/2013/01/menjajal-kuliner-bakso-di-tasikmalaya.html

Hunting Kuliner KWKT Pecel Orange



Jl. Empang (Pasar Mambo) Tasikmalaya
Buat orang Tasikmalaya, Pecel Oranye mungkin masih kalah pamor dengan deretan pecel di daerah kalektoran. Sebut saja pecel Bi Iyoy atau Bi Encar. Tapi, kalau menilik jauh ke belakang, Pecel Oranye tetaplah sebuah legenda yang belum tergantikan. Bagaimana tidak, Pecel Oranye sudah berdiri sejak tahun 1925! Sejak zaman Belanda masih berkuasa di bumi Indonesia, bro! Informasi inilah yang membuat saya dan beberapa teman dari Komunitas Wisata Kuliner Tasikmalaya (KWKT) ternganga ganteng. 1925, zaman bapak saya aja belum lahir! Hiyaaa ...

Tidak salah memang kalau jadwal KWKT minggu kemarin adalah menjajal lokasi pecel legendaris ini. Karena ternyata, sebagian besar anggota KWKT belum pernah nyicipin pecel yang satu ini. Termasuk saya!  Sebagai anggota komunitas yang ngakunya pencinta kuliner Tasik, kenyataan bahwa pecel ini sudah unjuk gigi sejak zaman penjajahan jelas sangat-sangat menohok. Hellow, where have we been?  Fyuh, maafkan kami (Eh, saya ding) yang nggak pernah aware tentang sebuah kuliner yang harus tetap dilestarikan.

Buat saya yang doyan sama pecel, karedok, lotek, dan semua jenis kuliner sejenis, pecel yang satu ini memang tidak boleh dilewatkan. Really worth trying, lah. Apalagi karena cita rasanya yang cukup menggoyang lidah dan unik. Berbeda dengan pecel khas Sunda biasanya yang semua bumbu kacangnya diulek, lalu bumbu dan sayurannya diaduk-aduk hingga jungkir balik, Pecel Oranye cukup berbeda. Semua sayuran rebus (kol, kacang panjang, toge, dll) ditata di atas piring. Setelah sayuran tersaji dengan cantik dan mempesona (halah), siram deh dengan bumbu kacangnya. Sajikan dengan kerupuk aci, maka pecel oranye pun siap untuk dihajar! Jebreeeet.


Gado-gado Pecel Oranye

Eh, sebenernya, saya kemarin pesan Gado-Gado sih, bukan pecelnya. Halah, ini kenapa ya kok saya plin-plan begini? Tenang, di Pecel Oranye ini, pecel dan gado-gado tidak jauh berbeda dalam rasa dan bentuknya. Beda isiannya doang. Jadi, review saya nggak bakalan jauh meleset (mungkin). Kalau pecel seperti yang saya jelaskan di atas, nah kalau gado-gado ada sedikit beda. Selain sayuran yang sama, untuk gado-gado ditambahkan potongan kentang, tahu, dan juga telur rebus. Biar rame dan meriah (halah lagi), setelah disiram bumbu saus kacang, dihias dengan kerupuk aci dan emping. Itulah bedanya. Jadi, kalau doyan emping, pesennya harus gago-gado, karena paket pecel nggak pake emping. Tapi kalau keukeuh pengen pecel plus emping, coba aja minta sama si Ibu. Mudah-mudahan aja dikasih empingnya. Hehehe.

Yang membedakan pecel/gado-gado di sini, selain bumbu kacangnya yang sudah dibikin terpisah (kayaknya sih diblender, soalnya haluuus banget bumbunya), juga adanya perasan jeruk sambal. Biasanya di tempat lain, jeruk sambel diberikan opsional dan disajikan terpisah. Nah, di Pecel Oranye ini, jeruknya sudah diperesin sama si Ibu. Jadi, rasa pecel dan gado-gadonya sudah ada aroma jeruk dan rasa asem-asem seger gitu. Kalau misalnya anda nggak suka jeruk makan jeruk, eh ... nggak suka ditambahin jeruk maksudnya, jangan lupa wanti-wanti ke si ibu sebelumnya ya.

Pecel Oranye berada di Jalan Empang (Pasar Mambo) Tasikmalaya. Posisinya pas di belokan ke arah kiri dari Jalan Pemuda, tepat di seberang Hotel Selamat. Menurut cerita Bu Edi, Pecel Oranye ini sudah ada dan dikelola turun temurun selama 3 generasi. Siapakah Bu Edi ini? Perkenalkan, dialah penjual pecelnya saat ini! Jadi, yang pertama berjualan Pecel Oranye ini adalah Neneknya, lalu dilanjutkan sama Ibunya. Saat Ibunya Bu Edi ini wafat tahun 1990, Bu Edi-lah yang akhirnya meneruskan usahanya.  Sampai sekarang.

Meskipun tidak seterkenal Pecel Kalektoran saat ini, Pecel Oranye masih memiliki penggemar tersendiri. Terbukti dari banyaknya pelanggan yang berdatangan. Apalagi ternyata Pecel Oranye ini juga menerima penjualan bumbu pecel keringnya. jadi, kalau mau bikin pecel sendiri di rumah, tinggal seduh bumbunya, jadi deh Pecel Oranye buatan sendiri.

Doyan pecel (atau gado-gado)? Yang satu ini harus anda coba. Dengan  harga Rp. 15.000,- per porsi, anda bisa menikmati sepiring pecel legenda di Tasikmalaya.

sumber : http://iwok.blogspot.com/2013/12/kuliner-pecel-oranye-pecel-legenda.html

Hunting KWKT Berliner Brotfabrik


 
Mendung sudah menggelayut saat saya dan rombongan KWKT (Komunitas Wisata Kuliner Tasikmalaya) merapat ke Jalan Mayor Utarya. Hari masih cukup siang, baru pukul setengah 2, tetapi gelagat turun hujan sudah mulai terasa. Kami harus segera bergegas apabila tidak ingin agenda siang ini menjadi sia-sia. Ada sebuah target yang harus kami cicipi siang itu, dan sepertinya tidak bisa ditunda lagi. Tongkrongan ini sedang menghangat belakang ini, seiring baru diresmikan grand launching-nya. Sebagai ‘komplotan’ pemburu kuliner di Tasikmalaya, rasanya kami tidak boleh ketinggalan langkah dibanding penikmat kuliner lainnya. Karena itu, meski hanya dihadiri beberapa gelintir orang saja, kopdar KWKT Minggu ini harus tetap dilaksanakan. Let’s go!
 

Joghurtsahnetorte - Rp. 13ribu
Tepat di samping SD Citapen, anggota KWKT yang kali ini umpel-umpelan di dalam mobil Kang Guguh akhirnya sampai di sasaran. Nuansa serba hijau langsung terasa bahkan ketika kami baru menjejak di halaman berumput yang cukup lapang. Beberapa pasang kursi dan meja besi, serta payung-payung lebar tertata rapi di beberapa penjuru halaman, semua bernuansa serbahijau. Foto-foto ukuran raksasa terpajang manis menutupi sepanjang dinding tembok. Ada yang terasa asing dengan foto-foto tersebut, karena sama sekali tidak menampakkan suasana lokal tanah air. Foto-foto ini menyajikan pemandangan negeri yang cukup asing. Setidaknya, bukan pemandangan yang biasa kita lihat sehari-hari.

Ke manakah sebenarnya kita menuju?

Berliner Brotfabrik Konditorei & Cafe. Tulisan itu terpajang jelas di depan bangunan berdinding putih dengan sentuhan –lagi-lagi—warna hijau. Wangi roti dari panggangan langsung menguar tajam saat langkah kami semakin mendekat. Hmmm ... cukup menggelitik penciuman dan membuat perut berkeriuk ribut. Nyam-nyam nih.
 

Strawberrysahnetorte - Rp. 13ribu
Buat sebagian orang, nama Berliner Brotfabrik mungkin masih terdengar asing. Bukan saja karena namanya yang tidak familier, tetapi juga karena memang tempat ini belum lama hadir. Ya, kali ini kita menyerbu tongkrongan baru, yang baru hadir sebulan terakhir, menyemarakan ragam kuliner di Tasikmalaya. Meski sudah mulai beroperasi sejak tanggal 13 Maret, Berliner Brotfabrik baru diresmikan pada tanggal 29 Maret.

Lalu, mengapa namanya harus serba asing seperti itu? Di tengah rintik hujan yang mulai turun, kami cukup beruntung. Kang Hena Muliana, pemilik cafe ini, mau bergabung bersama kami untuk sedikit bercerita mengenai latar belakang pendirian cafe ini, dan menjelaskan tentang serba-serbi roti andalannya.

 
Brotchen Mit Wurst - Rp. 9ribu

Berliner Brotfabrik berasal dari bahasa Jerman. Brot adalah roti, Fabrik adalah Pabrik. Sudah jelas kan maksudnya? Sementara Berliner sendiri diambil dari kata Berlin, Ibukota dari negara Jerman. Secara selintas saja bisa diartikan kalau Berliner Brotfabrik adalah Pabrik roti dari Berlin (Jerman)! Tidak semata-mata Kang Hena mengambil nama berbau Jerman seperti ini kalau tidak ada kaitannya dengan kuliner yang disajikannya. Ya, di tempat ini anda bisa menikmati beragam roti, kue, dan pizza khas asal Jerman. Unik? Tentu saja. Belum ada tempat lain (di Tasikmalaya) yang benar-benar menyajikan penganan-penganan khas dari negara Hitler ini. Apalagi, semua roti yang disajikan benar-benar fresh from the oven!

Kenapa Kang Hena tiba-tiba tercetus untuk membuka cafe dengan menyajikan roti-roti dari negeri yang jauh ini? Kenapa bukan berjualan cilok saja yang asli Tasik? Itu yang akhirnya kami tanyakan. Ternyata, semua berawal dari kiprahnya sebagai konsultan bahasa di sebuah perusahaan di Jerman. Seringnya wara-wiri ke Jerman membuatnya sering mengamati dan mencicipi beragam kuliner di negara tersebut. Keinginannya untuk membuka sebuah cafe ala Jerman pun tercetus saat kontrak kerjanya di sana sudah berakhir. Apalagi rekan kerjanya di Jerman menanyakan hal tersebut; “Setelah ini, apa yang ingin kamu lakukan di Indonesia?”

 
Cremebretzel - Rp. 8ribu

Dijembatani sebuah lembaga sosial yang berorientasi pada pengembangan potensi usaha pemuda di negara-negara berkembang, Kang Hena pun mendapatkan peluang tersebut. Selama dua minggu, beliau mendapatkan pelatihan usaha di bidang bakery di Jerman. Tidak hanya itu, selama 3 bulan, Kang Hena ditempatkan di sebuah pabrik roti ternama di Jerman untuk magang. Berbekal pelatihan dan pengalamannya selama magang, akhirnya Berliner Brotfabrik pun segera berdiri di Tasikmalaya.

 

Nyam-nyam!
Menyajikan penganan yang berasal dari luar negeri tentu tidak bisa main-main. Banyak standar yang ditentukan dan harus diterapkan oleh Kang Hena. Salah satunya adalah penggunaan bahan-bahan yang tidak bisa digonta-ganti seenaknya. Karena itu, untuk mempertahankan cita rasa agar sesuai dengan rasa aslinya di Jerman sana, Berliner Botfabrik tetap menggunakan bahan-bahan yang diimpor langsung dari negara asalnya. Kang Hena menjamin roti-roti buatannya dibuat sesuai resep yang pernah dipelajarinya selama di Jerman. Tidak hanya itu, supervising langsung dari guru-gurunya di Jerman tetap berlangsung sampai sekarang. Setelah hadir pada grand launchingnya, supervisor-nya dari Jerman akan datang kembali pada bulan Juni untuk mengontrol pengembangan usahanya. Mantap, kan?

Berliner Brotfabrik adalah tempat nongkrong yang asyik sambil cemal-cemil dan ngupi-ngupi. Berada di ruas jalan yang tidak dilalui jalur utama kendaraan membuat suasananya tidak terlalu bising. Meskipun begitu, lokasinya yang berada di tengah kota membuatnya mudah dijangkau dari mana-mana. Sayangnya, tongkrongan ala outdoor seperti ini menjadi tidak asyik lagi kalau turun hujan, karena payung-payung lebar tidak cukup menaungi air hujan yang terbawa angin. Bisa basah kuyup!

Member KWKT bareng Kang Hena Muliana (kiri)

Bagaimana dengan rasa kulinernya? Karena tidak mungkin memesan semua jenis penganan yang ada, kami mencicipi beberapa di antaranya. Meski namanya sering bikin kepleset lidah, atau malah nggak hapal saking belibetnya, tapi rasanya maknyus! Coba saja lihat foto-foto yang ada di sini, dan bayangkan kelezatannya seperti apa. Penasaran? Ayo, langsung serbu ke TKP!

Berliner Brotfabrik Konditorei & Cafe
Alamat : Jl. Mayor Utarya no. 46 Tasikmalaya
Buka : Pukul 10.00 – 19.00 Wib

Range harga : Rp. 7ribu – Rp. 13ribu

sumber : http://iwok.blogspot.com/2014/04/review-berliner-brotfabrik-konditorei.html

Kopdar KWKT Beranda Citebaks








Hunting Kuliner KWKT Baso H. Kiman






Hunting KWKT Saung Rangon